MISSION TRIP SUMBA TIMUR - SUMBA BUTUH KAMU
LAPORAN
MISSION TRIP DI MELOLO SUMBA TIMUR
22 JUNI
– 27 JUNI 2015
-SUMBA BUTUH KAMU-
Shalom!
Pada
tanggal 22 juni 2015, beberapa anak mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia (STT)
Sangkakala melakukan misi ke Pulau Sumba, tepatnya di Kabupaten Sumba Timur kota
melolo, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penerbangan kami dari semarang ke Pulau
Sumba harus transit di Pulau Bali, setelah itu langsung ke pulau Sumba dengan
lama perjalanan kurang lebih 4-5 jam. Adapun kami yang melakukan misi ke pulau
Sumba berjumlah 6 orang mahasiswa, Stefani Dimu, Tamaria Sitanggang, Regina
Amelia, Yehezkiel Reindra, Dewi Kobi dan saya sendiri Oscar Katanga dan
disamping itu, Ps. Ricky Franklin juga turut dalam pelayanan misi ke Sumba
menemani kami, tetapi beliau menyusul kami kemudian pada hari yang ke-4.
Setibanya
kami di Bandara Umbu Mehang Kundak Waingapu – Sumba Timur, kami di Jemput oleh
Dominggus Lu (Domi) yang akan membawa kami ke Kota Melolo, tempat dimana kami
akan melayani. Sebelum kami berangkat ke Melolo, kami pergi ke kantor bupati
Sumba Timur untuk bertemu dengan bapak Bupati, Gideon Biliyora dengan tujuan
minta ijin untuk pelyanan di Sumba Timur. Kami disambut oleh bapak bupati
dengan ramah tamah dan kami menjelaskan maksud dan tujuan kami datang ke Sumba
Timur. Beliau menjelaskan beberapa hal yang perlu kami untuk ketahui ketika
pelayanan di Sumba Timur.
Dari
kantor bupati, kami menuju ke salah satu kerabat saya yang tinggal di kota Waingapu
dan mendoakan seorang kerabat saya yang sakit lumpuh selama 11 tahun karena gangguan
saraf, dan mengakibatkan dia tidak hanya mengalami kelumpuhan total tetapi juga
mengalami bisu permanen dan hanya bisa mendengar saja. Itu adalah kesemptan
yang langka untuk kami bisa mendoakanya karena kerabat saya ini memiliki
keyakinan yang berbeda dengan kami. Walaupun saat itu tidak terjadi mujizat
tetapi ada beberapa penyataan Tuhan tetangnya yang harus dilakukan.Setelah itu,
kami melanjutkan perjalanan ke Melolo dengan menempuh jarak satu jam dari kota
Waingapu. Setibanya di Melolo, kami di sambut oleh beberapa teman yang pernah
bersama dengan kami di STT Sangkakala selama satu semester di acara Golden
Times, Umbu Yanto Watupelit, Ana Rambu, Frans Domu dan juga Dominggus Lu yang
menjemput kami. Kami tinggal di rumah kakek nenek Domi di Melolo. Selama
tinggal di rumah ini, kami kekurangan air untuk mandi karena airnya mengalir
hanya pada jam-jam tertentu saja.
Pada
hari pertama kami melakukan misi di Melolo, kami pelayanan di daerah Pinu
Praikamarru Melolo saat hari akan menjelang sore di rumah salah satu jemaat,
kami disambut dengan sodorkan tempat sirih, pinang dan kapur (Mbuala Pahappa),
dimana setiap tamu yang datang di setiap rumah yang ada di Sumba Timur wajib
untuk memakannya, sebagai tanda penyambutan tamu. Di rumah ini, banyak
anak-anak yang datang untuk mengikuti ibadah dan beberapa anak muda dan orang
tua. Hampir semua orang yang datang diacara ibadah itu duluna berasal dari
agama Marapu yang merupakan keprcayaan masyarakat di Pulau Sumba dari zaman
nenek moyang yang masih bertahan hingga saat ini termasuk di Melolo. Ketika
ibadah berlangsung walaupun dengan penerangan seadanya, mereka begitu haus akan
Kebenaran, setiap lagu penyembahan dan pujian yang dinyanyikan, mereka
menyanyikannya dengan hati yang rindu akan Tuhan dan juga Firman Tuhan yang
disampaikan, mereka dengarkan dengan cermat. Kami melihat pemandangan yang
berbeda yang belum pernah kami lihat sebelumnya yang membuat hati kami
tersentak dan hati kami dipenuhi oleh belas kasihan Tuhan akan mereka yang
terhilang.
Hari ke-2 pelayanan kami di
Melolo, kami membagi 2 tim untuk pelayanan di 2 tempat, ada yang ke Waimarang
dan ada yang ke Pinu Praikamarru masih di wilayah Melolo. Pelayanan kami kali
ini, yaitu melayani anak-anak yang ada di setiap pos PI yang berada di ke dua
tempat tersebut yang telah berhasil dirintis oleh bapak Eman dan Domi.
Anak-anak tersebut berasal dari keluarga yang yang menganut kepercayaan Marapu.
Dan lagi kami menemukan pemandangan yang sama seperti sebelumnya, dimana mereka
begitu antusias belajar bernyanyi lagu-lagu rohani yang baru yang kami ajarkan
dan mereka mendengarkan setiap apapun yang kami ucapkan tentang Kebenaran.
Ketiaka hari menjelang siang, kami bersama-sama pergi pelayanan di Waimarang
salah satu tempat PI set jam perjalanan dengan kondisi jalan yang cukup terjal.
Hampir semua orang yang tinggal di daerah ini sudah terima Injil dan pak Adi
Sutanto ketua Sinode JKI sudah pernah mengujungi masyrakat di daerah ini. Kami
juga berkunjung ketempat Domi di Kayuri dan mendoakan adiknya yang sakit, di daerah
ini sudah berdiri gereja GKMI Kayuri.
Di hari yang ke-3, kami
melakukan doa keliling dan beberapa lagi yang lain melakukan kunjungan ke rumah
jemaat. Setelah itu kami semua, pelayanan ke daerah Patani dan Mbo yang
berjarak setengah jam perjalanan dari kota Melolo hingga sore hari.
Pada hari yang ke-4, kami pergi
ketempat makam raja-raja di Rindi Umalulu dan sebagiannya lagi menjemput Ps.
Ricky di di Bandara Umbu Mehang Kundak Waingapu. Di makam raja yang kami
kunjungi, kami melihat kuburan raja-raja yang dibangun dengan kokoh menggunakan
batu alam zaman megalitikum dan disini kami belajar sejarah tentang pemakaman
seorang raja di Sumba. Menjelang sore hari, kami bersama Ps. Ricky melakukan
kunjungan ke tempat pak Eman di Patani. Setelah dari sana, kami mampir ke
karabat Frans untuk mendoakan anggota keluarganya yang sakit.
Di hari ke-5 merupakan puncak
pelayanan kami di Melolo dimana diadakan KKR bersama Ps. Ricky dengan
menggunakan sebuah gereja teman kami Imelda Maramba di Kabaru yaitu GBI Kabaru.
GBI Kabaru ini, cukup untuk menampung orang banyak dengan fasiltas untuk
beribadah cukup mendukung. banyak orang yang datang dari berbagai daerah yang
sudah kami pelayanan mulai daria anak-anak, anak muda sampai orang tua. Mereka
di jemput dengan truk dan beberapa motor karena jarak yang cukup jauh. Di KKR
ini banyak yang mengalami lawatan Tuhan dan mereka semua didoakan satu persatu
oleh Ps. Ricky.
Di hari yang ke-6 adalah
pelayanan paling terakhir yang kami lakukan sebelum meninggalkan pulau Sumba,
melakukan deklarasi di pantai melolo, menyatakan bahwa pulau Sumba adalah milik
Tuhan Yesus dan pulau Sumba mengalami lawatan Tuhan yang dahsyat.
Selama kami pelayanan di Melolo,
banyak hal yang kami temui dan pelajari yang mengubahkan hidup kami sebagai
seorang pelayan dan hamba Tuhan. Begitu banyak jiwa-jiwa yang harus dituai disana
bagi Tuhan, tetapi pekerja masih sangat minim untuk menjangkau mereka yang
terhilang di pulau Sumba dan butuh lebih banyak lagi pekerja Tuhan. SUMBA BUTUH
KAMU!
Komentar
Posting Komentar