MISI DALAM MASA PERCOBAAN


MISI DALAM MASA PERCOBAAN

 

Pembahasan

          Gereja, Teologi dan Misi Kristen tidak bisa aman selamanya. Ada berbagai pihak yaitu hasil dari ilmu pengetahuan, teknologi, sosial dan filsafat memberikan pengaruh dan dampak yang luas. Gereja juga kehilangan posisi istimewanya, dimasa kini menjadi Kristen lebih merupakan suatu tuntutan dari pada aset. Demikian pula, kecenderungan sebuah denominasi untuk menghindari kontak dengan denominasi-denominasi lain dalm berbagai kasus bahkan mengutuk anggota-anggota mereka. Islam menjadi salah satu yang memiliki kekuatan yang kebal dari pengaruh-pengaruh Kristen. Dengan adanya dialog antar umat beragama, para misionaris bertanya-tanya apakah masih ada gunanya bermisi sampai ke ujung-ujung bumi demi Injil Kristen.

Ada hubungannya dengan gereja, dimana para misionaris barat masih disambut dengan cara mereka pergi sebagai tenaga persaudaraan dalam pelayanan yang sudah dibentuk oleh gereja yang otonom. Pahlawan-pahlawan iman dari zaman sebelumnya yang membawa Injil ke ujung bumi yang paling jauh, mereka membangun komunitas baru yang berkembang menjadi mitra. Telah menjadi jelas bahwa misionaris bukanlah pusat kehidupan dan masa depan gereja-gereja muda. Di berbagai negara khususnya di Tiongkok para misionaris bukan hanya tidak menjadi pusat kehidupan, melainkan pada kenyataannya menjadi sesuatu yang memalukan dan suatu tuntutan. Banyak dari lembaga besar yang didirikan oleh lembaga-lembaga misi, yang seringkali dengan biaya yang besar dan dengan dedikasi yang luarbiasa seperti contohnya rumah sakit, sekolah, sekolah tinggi, percetakan dan semacamnya ternyata berubah menjadi haling an dari pada aset bagi kehidupan dan pertumbuhan gereja-gereja muda.

Selama abad ini usaha misi dan gagasan misi telah mengalami sejumlah modifikasi yang mendalam. Sebagian terjadi sebagai tanggapan terhadap pengakuan dan kenyataan bahwa gereja bukan hanya penerima kasih karunia Allah yang penuh belas kasihan melainkan kadang-kadang juga menerima murkaNya sehingga maksud baik tidaklah cukup. Kebanyakan dari mereka para misionaris malah melanggar banyak perintah Allah dan melakukan kesalahan ini yang menjadi soal bahwa misi tidak lagi menjadi sesuatu yang harus di selesaikan bagi massa dan tidak masuk akal bagi kaum Intelektual, dan bahkan dikalangan pejabat gereja. Sebaliknya, pihak lain beranggapan bahwa gereja Kristen hakikatnya bersifat misioner dan oleh karena itu tidak mungkin untuk sepenuhnya meninggalkan gagasan dan praktik misi dalam bentuk yang satu atau yang lainnya. Bahkan menurut Patton pertobatan bukanlah panggilan untuk meninggalkan suatu pekerjaan penting, melainkan untuk melakukannya dengan cara yang lain, misi Gereja akan tetap bertahan.

Pertobatan harusn dimulai dengan berani serta pengakuan terhadap kenyataan bahwa gereja berada didalam misi masa kini sedang mengalami dunia yang berbeda dari zaman sebelumnya. Kita hidup dalam periode transisi, dimana satu paradigma tidak lagi bisa memuaskan paradigma lain. Khususnya perubahan paradigma Kristen mula-mula dan reformasi protestan selalu ada dua cara dalam menanggapi yang berlawanan. Sebagaian berusaha melawan atau sekurang-kurangnya menetralisir perubahan yang lain cenderung bereaksi berlebihan, melakukan pemutusan total masa lampau dan menyangkal kesinambungan dengan para leluhur

Jenis pergeseran paradigma menunjukan suatu model yang secara dasariah berbeda. Pergeseran paradigma sejauh ini, masih terdapat suatu ketegangaan yang kreatif antara yang baru dengan yang lama. Misi harus dipahami dan dilaksanakan dalam cara yang baru dimasa kini. Dalam kata-kata Yohanes XXIII yang di ucapkan pada tahun 1963, tak lama sebelum kematiaannya, “dunia dimasa kini, kebutuhanya diperjelas dalam lima puluh tahun terakhir dan suatu pemahaman yang lebih mendalam tentang doktrin telah membawa kita pada suatu situasi yang baru”. Bukannya Injil yang telah berubah, tetapi kita lah yang kini telah mulai memahaminya dengan baik.

            Tidak dapat dijamin bahwa gereja dan teologi dan misi Kristen akan aman selamanya, hal ini dapat dilihat dari pengalaman sebelumnya dimana ketika masa pencerahan yang selalu menalarkan firman dan bahakan tidak lagi melihat apa yang menjadi esensi dari firman itu.  Tapi sekarang tugas untuk bermisi harus dilakukan, walaupun itu sangat sulit dan bahkan sampai merasakan sengatan nyamuk, tapai semua orang harus mendengarkan Injil keselamatan dari pada Tuhan. Karena itu para pekabar Injil perlu mengganti metode pekabaran Injil tersebut supaya dapat membendung setiap paradigma-paradigma yang muncul, yaitu paradigma yang kurang dalam mengembangkan pekabran Injil.

 

Hal-hal yang di kaji:

A. Politik   

            Peristiwa-peristiwa sejrah dunia telah menggoyahkan peradaban Barat sampai ke jantungnya yaitu:

  • Dua perang dunia yang menghancurkan
  • Revolusi Rusia dan Tiongkok
  • Kengerian yang dilakukan oleh para penguasa Negara yang mempunyai komitmen terhadap Naziisme, Fasisme, komunisme dan kaputalisme
  • Runtuhnya kekuasaan-kekuasaan colonial Barat yang besar
  • Sekularisasi kilat bukan hanya di Barat tetapi juga pada sebagiab besar belahan dunia
  • Jurang yang kian meningkat, di seluruh dunia, antara yang kaya dan yang miskin
                Dalam masa itu, kaum Marxime (sampai suatu batas yang penting suatu ajaran sesat dari kekeristenan) menantang dukungan gereja terhadap perbedaan-perbedaan kelas kecenderungannya untuk memeihak kaum kaya dan yang berkuasa. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa dari zaman sebelum reformasi gereja, gereja merupakan bagian dari Negara dan tidak terpisahkan satu sama lain.
                            
    B. Sosial
                 Gereja telah kehilangan posisi istimewanya. Dibanyak tempat di dunia, bahkan di wilayah-wilayah dimana gereja didirikan sebagai sebuah faktor kuat selama lebih dari satu milinium, di masa kini menjadi Kristen lebih merupakan suatu liability (tuntutan) dari pada aset. Hubungan yang pernah begitu dekat antara takhta dan altar (misalnya dalam keseluruhan proyek ekspansi colonial Barat), dalam kasus-kasus tertentu, telah mengalah terhadap ketegangan yang terus meningkat antara gereja dan penguasa secular.
                Para misionaris dianggap bahwa diri mereka kebal terhadap kelemahan-kelemahan  dan dosa-dosa orang-orang Kristen biasa dimana sama dengan gereja-gereja asal mereka, artinya bahwa para misonaris tidak lepas dari kecenderungan dari gereja asalnya yang memiliki peraturan-peraturan yang sebagian besar tidak sesuai dengan firman Tuhan. Pada umumnya para misonaris ini adalah orang-orang yang lemah, tidak begitu bijaksana, tidak begitu suci dan tidak begitu sabar. Sehingga, mereka telah banyak melanggar kebanyakan dari perintah Allah dan melakukan hampir setiap kesalahan yang dapat dibayangkan. Dampaknya, dibanyak bagian dunia, termasuk di basis tradisionalnya, misi Kristen tidak menjadi obyek kasih karunia dan berkat Allah, tetapi penghakiman Allah.
     
    C. Ilmu pengetahuan
                Sebelumnya tidak pernah dalam sejrah umuat manusia para ahli dalam semua disiplin (termasuk teknologi) menjadi demikian disibukkan seperti halnya mereka sekarang ini, bukan dengan studi dalam disiplin-disiplin. Keadaan ini dalam dirinya adalah petunjuk bagi kehadiran sebuah krisis yng sangat besar atau dalam istilah Kuhn, krisis kedatangan suatu pergeseran paradigma yang berarti dalam semua cabang ilmu pengetahuan. Dan karena semua disiplin akademik modern pada hakikatnya adalah fenomena dan produk Barat, jelas yang kita dapat mengaharapkan bahwa terutama sekalai Barat menemukan dirinya di tengah-tengah sebuah krisis yang proporsinya sangat besar. Menjadi semakin jelaslah bahwa dewa-dewa modern dari Barat ilmu penegtahuan, teknologi dan industrialisasi telah kehilangan maginya.
                Ilmu-ilmu alam dan sosial, filsafat, sejarah dan lain-lain telah memberikan pengaruh yang mendalam dan bertahan lama dalam pemikiran teologis. Serta perkembangan-perkemban gan di dalam gereja, misi dan teologi yang tidak diragukan, sering kali dilakukan oelh peristiwa-peristiwa dan revolusi-revoludi yang sangat penting dalam disiplin-disiplin liai) sama-sama telah memberikan konsekuensi-konsekuensi yang berdampak luas.
     
    D. Budaya
                Pada permulaan konsili II, para imam dan kaum relegius telah meninggalkan jabatannya,   panggilan memudar, tradisi-tradisi yang agung telah dihapuskan dalam suatu gejolak yang hebat, dan kain sejarah misi Katolik yang kotor telah dicuci di muka umum, dengan kegembiraan masokistis. Misi tidak lagi menjadi persoalan dan masuk akal bagi kaum intelektual, bahkan bai kalangan pejabat gereja. Misi yang dilakukan oleh Katolik sudah menjadi budaya yang terus bertahan dalam beberapa dekade dan menyisahkan luka yang menganga di daerah yang menjadi ladang misi.
                Di lain pihak para misionaris yang melakiukan misi di berbagai daerah, baik di Eropa, Afrika, Amerika dan sampai di Asia mengalami benturan dengan budaya-budaya daerah setempat dan tak jarang adanya kontak fisik yang mengakibatkan tidak sedikit misionaris yang terbunuh dalam misi sebagai martir. Hal ini terjadi kurangnya pengetahuan dan metode yang akan dilakukan oleh para misionaris tentang daerah yang akan menjadi ladang misi. Benturan-benturan itu berujung pada tertutupnya beberapa wilayah akan misi. Wilayah-wilayah yang tertutup ini kemudian menjadi lading misi oleh agama-agama dunia seperti Islam dan agama lainnya (selain Kristen dan Katolik).
     
    Bentuk misi
                Misi yang dilakukan gereja-gereja pada waktu itu berasal dari berbagai denominasi gereja.

  • Kaum Adventis dengan pengharapan parousia
  • Pentakostal dan Karismatik denga karunia-karunia Roh
  • Kelompok Brethren, sebuah model gereja tanpa jabatan-jabatan yang dilembaga atau hierarkis
  • Kelompok baptis yang menolak baptisan anak karena hal ini memberikan kesan tentang keanggotaan gereja yang otomatis dan hilangnya keputusan pribadi.
  • Kaum menonit dan Quaker yang menjauhkan diri dukungan gerja terhadap kekerasan dan perang.
  • Kaum Marximeyang menentnag dukungan gereja terhadap perbedaan-perbedaan kelas dan kecenderungannya untuk memihak kaum kaya dan yanh berkuasa.
                 Denominasi-denominasi di atas dalam melakukan misi memilki hubungan dan kerja sama oikumenis walaupun adanya kecenderungan sebuah denominasi untuk menghindari kontak dengan denominasi-denominasi lain.

  • Gerakan zaman baru dengan campuran mitos dan magi serta kecenderungan terhadap agama0agama dan sistim pmikiran Timur. Dalam tulisan-tulisannya, Capra telah menjadi salah satu protagonist  utama dari pergeseran paradigm yang menjauhi pandangan dunia Kristen, menuju pemahamn Taois atau Biddhis tentang realistis. Ia mengajarkan suatu pandangan di mana semua pihak yang berlawanan dihapuskan, semua dilenyapkan, semua dualisme diatasi dan semua individualism ditelan ke dalam suatu kesatuan panteistik yang universal dan tidak terpilah-pilah.
     
    Apakah Alkitabiah misi itu?
                Di sisi lain misi yang dilakukan pada masa percobaan memiliki unsur pengajaran tentang kasih karunia di dalamnya atau dengan kata lain sesuai Alkitab. Tetapi tidak memilki agresifitas atau adanya usaha-usaha yang maksimal sampai misi itu benar-benar berhasil memenangkan suatu daerah bagi kemulian Tuhan seperti pada masa lampau. Masih ada rasa takut yang mengahalangi para misionaris baik dari pihak internal (gereja berbeda denominasi) maupun pihak external (orang-orang pihak luar yang bukan kristen).
     
    Aplikasi pada masa kini
                Misi yang dilakukan pada misi dalam masa percobaan masih bisa diaplikasikan pada masa kini dengan memodifikasi sesuai dengan kebuituhan pada masa kini, sehingga menjadi relevan dan bisa diterima oleh generasi yang ada pada masa kini. Misi yang yang adilakukan pada masa lampau menjadi tolak ukur untuk misi pada masa kini, karena misi pada masa lalu merupakan sebuah sejarah atau dengan kata lain merupakan benang merah yang selalu berkaitan satu sama lain. Walaupun demikian masih banyak kekurangan yang dimiliki oleh misi pada masa lampau terutama misi dalam masa percobaan.
                        Untuk bisa mengaplikasikan misi yang dilakukan pada misi dalam masa percobaan di masa kini, itu membutuhkan kerja keras dari para misionaris masa kini untuk dapat mensinkronisasikan, sehingga menjadi sebuah senjat untuk memenangkan banyak jiwa bagi kemulian Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTER SORANG HAMBA TUHAN

MENUJU KEESAAN GEREJA

NATUR GEREJA